Alice in Wonderland is an upcoming fantasy-adventure film directed by Tim Burton. It is an extension to the Lewis Carroll novels Alice’s Adventures in Wonderland and Through the Looking-Glass. The film will use a [...]
Selembar kuncup hijau muncul
Di tengah padang gersang tak bertuan
Menyeruak mengagetkan alam
Barangkali selembar kuncup hijau itu
menambah satu warna di padang ini…
Sekuncup kemudian tumbuhlah seikat rumput liar
Aduhai dieman-eman oleh debu dan buaian angin kering Satu purnama berlalu,
Rumput itu pun tumbuh dewasa
Mulai tampak kuncup baru,
Tapi kali ini kian bertambah bingung badai gurun
Karena kuncup baru ini berselimut kelopak …
Aneh …
Mungkin karena tak pernah ada rumput di situ Bunga … iya … bunga rumput liar …
Bunga rumput itu mulai mekar satu tangkai
Memenuhi luas ruang padang cerianya Bulan dan matahari semakin cepat hilir mudik bergantian
Tertegun penasaran melihat bunga rumput liar padang gersang
Hingga setangkai bunga rumput liar itu pun kini telah matang Belahan demi belahan bagian bunga rumput itu pun berpamitan
Kepada penghuni padang gersang Sang debu menasehatkan banyak pesan
Pergilah dengan selamat anak-anakku …
Angin mengantarkan kepergianmu
Gandenglah erat sinar bintang penuntunmu
Matahari dan bulan takkan enggan menjagamu
Sang awan gurun pun terharu menyaksikan …
Berangkatlah kalian esok hari,
Semoga air mata awan gurun malam ini
Memperteguh langkahmu esok hari Sehelai demi sehelai tipis bagian bunga rumput itu
beranjak pergi
Penuh harapan penghuni padang gersang dan sang induk rerumputan
Mengantarkan kepergian mereka sang bunga-bunga beterbangan …
Semoga mereka menanamkan keceriaan
Di tempat-tempat mereka tinggal menetap Satu bagian beranjak pergi
menatap bintang menuju kota besar
Semoga di sana aku dapat mengukir senyum penghuninya, ujarnya … Berguru dari induknya yang menyegarkan padang gersang,
Sang bagian bunga itu pun mulai meletakkan bekalnya dan menetap Aku pasti akan lebih hijau dan subur lagi di sini …
Karena di sini ada penghuni yang menyenangkan …
Iya … air yang menyegarkan …
Puikh … kenapa air ini?
Lebih jernih dari asalku tapi kenapa rasanya ini?
Air busukkah ini?
Ah tak mengapalah rasanya karena di sini lebih nyaman Beberapa tunaspun tumbuh mengiringi kesuburan rumput liar tengah kota
Eit … kenapa di sini tak kulihat sapa dan kehangatan
Bukankah aku kalian butuhkan, kenapa kalian abaikan … Harapan tak sesegar impian …
Beberapa gerombol rumput liar hijau menyegarkan itu ….
… tidak !!! tidak !!! …
Mereka dijambak kasar tangan-tangan yang lebih berdebu
Pergi kalian!!! Kata kasar mereka sembari menjambak menyakitkan Penghuni kota itu lalu membangun gedung dan pencakar langit
Di tempat berteduh dan berbagi ceria bunga rumput liar
Kini rumput liar itu pun tergeletak lemas terkapar
Di tengah keranjang kehinaan … Di padang gersang dipuja diperhatikan
Di tengah kota dibuang ditelantarkan
Tags: Puisi
Share this post:
Langganan:
Posting Komentar (Atom)
0 komentar:
Posting Komentar